Sabtu, 16 April 2011

"Badut" yang Buta Huruf Meraih Suara Terbanyak

PEMILU BRASIL
Kompas, Sabtu, 9 Oktober 2010 | 03:49 WIB

Diah Marsidi
Tiririca adalah nama panggung seorang badut Brasil. Nama aslinya Francisco Everardo Oliveira Silva. Dia menjadi sorotan internasional setelah pemilu Brasil, Minggu (3/10).
Tiririca mencalonkan diri sebagai anggota DPR pusat mewakili Sao Paulo. Orang mungkin mengira itu hanya gurauan untuk mengejek Kongres Brasil.

Kampanyenya juga menyiratkan itu, dengan slogan ”Vote Tiririca, pior do que ta nao fica (Tidak bisa keadaan dibiarkan menjadi lebih buruk lagi, pilihlah Tiririca)”.
Dalam iklan televisi, Tiririca terlihat menari-nari dengan pakaian warna-warni, rambut palsu berwarna pirang, dan topi yang kekecilan. ”Apa tugas seorang anggota DPR? Saya tidak tahu sama sekali, tetapi pilihlah saya dan saya akan memberi tahu Anda,” begitu bunyi salah satu kampanyenya.
Apakah gaya mengejek lembaga legislatif itu memang menarik pemilih? Atau orang sudah bosan berharap pada calon dengan janji-janji muluk? Entahlah, yang jelas badut itu mendapatkan 1,3 juta suara, jumlah terbanyak yang didapat dari seluruh kandidat Kongres di seluruh Brasil.
Kalau dilihat dari jumlah perolehan suara, Tiririca seharusnya terpilih menjadi deputado federal alias anggota DPR pusat. Namun, dia menghadapi sebuah halangan. Dia harus membuktikan bahwa dia melek huruf.
Seorang hakim untuk zona pemilihan pusat di Sao Paulo menetapkan pada Senin malam bahwa badut berusia 45 tahun itu mempunyai waktu 10 hari untuk membuktikan dia memenuhi syarat menjadi anggota DPR. Berdasarkan konstitusi, para deputado federal di Kongres harus bisa baca-tulis.
Kemampuan baca-tulis Tiririca diragukan. Majalah Epoca sepekan sebelum pemilu memberitakan bahwa badut itu buta huruf. Informasi ini didapatkan dari orang-orang yang bekerja untuk Tiririca di acara televisi dan pada proyek penulisan sebuah buku. Mereka mengatakan, badut itu buta huruf.
Pihak kejaksaan meminta mahkamah pemilu Sao Paulo turun tangan. Namun, mahkamah itu mengatakan, pencalonan Silva tidak bisa dihentikan karena mahkamah telah menerima aplikasinya untuk mencalonkan diri sebagai anggota Kongres, termasuk surat pernyataan tulisan tangan Tiririca.
Setelah pemilu pada Minggu itu, kejaksaan mengajukan kembali mosi mereka kepada mahkamah pemilu. Hakim mahkamah pemilu memutuskan bahwa ada ketidaksesuaian antara pernyataan tertulis Tiririca yang diajukan pada mahkamah pemilu dengan tanda tangan yang dia berikan kepada para pendukungnya.
Dia diberi waktu 10 hari untuk membuktikan melek huruf. Kalau tak bisa membuktikan, Tiririca akan gagal menjadi anggota majelis rendah Kongres Brasil yang mempunyai 513 kursi itu. Suara untuknya akan dinyatakan tidak sah.
Sikap terhadap aborsi
Kalau memang pelawak itu buta huruf, dia adalah bagian dari 10 persen penduduk Brasil yang tidak bisa baca-tulis. Soal pendidikan merupakan salah satu isu yang dianggap sebagian pemilih sebagai gagal ditangani Presiden Luiz Inacio Lula da Silva.
”Angka buta huruf begitu tinggi. Itu belum terhitung mereka yang melek huruf fungsional, yang sekadar bisa baca tanpa mengerti arti teks,” kata seorang wartawan di Rio de Janeiro.
Wartawan itu mengatakan, mutu sekolah negeri sangat menurun. Pendapat serupa diberikan seorang pengacara. Mereka sama-sama tidak memberikan suara bagi Dilma Rousseff, calon dari Partai Partido Trabalhadores. Dilma maju ke putaran kedua untuk bersaing dengan Jose Serra dari Partai Demokrat Sosial Brasil (PSDB) pada 31 Oktober.
Aborsi menjadi isu yang besar dalam pemilu presiden Brasil setelah aktivis agama mengalihkan dukungan mereka dari Dilma ke kandidat Partai Hijau, Marina Silva, yang dalam putaran pertama menduduki tempat ketiga, tetapi tak bisa maju ke putaran selanjutnya.
Dilma yang mendapat 46,9 persen suara pada Selasa lalu menegaskan kepada wartawan bahwa dia dari keluarga Katolik dan akan selalu menentang aborsi.
Komentar Marina Silva, mantan pemimpin gerilya kiri di masa lalu itu, menyiratkan dukungan pada legalisasi aborsi. Tema ini diperkirakan menjadi salah satu faktor yang membuat Silva mendapatkan 19,3 persen suara, melampaui prakiraan.
Baik Dilma maupun Serra sedang berusaha mendapatkan dukungan Marina. Partai Hijau, yang tak memiliki calon dalam putaran kedua itu, mengatakan akan menentukan sikap dalam dua pekan ini. (Reuters)

Tidak ada komentar: