Kamis, 05 Mei 2011

Masjid di Manhattan, Gereja di Bekasi


Kompas, Sabtu, 21 Agustus 2010 | 03:29 WIB

Sementara nasib tempat ibadah jemaat gereja Huria Kristen Batak Protestan di Pondok Indah Timur, Bekasi, Indonesia, masih belum menentu, mendadak terdengar berita dari nun jauh di Gedung Putih, Washington DC, AS.
Presiden AS Barack Obama pada makan malam bersama masyarakat Muslim merayakan bulan suci Ramadhan lantang menegaskan dukungan atas rencana pembangunan pusat Islam dan masjid di dekat kawasan selatan pulau Manhattan, Kota New York, yang tersohor dengan sebutan Ground Zero, tempat dua gedung World Trade Centre sempat menjulang tinggi mencakar langit sebelum dihancurleburkan serangan terorisme 11/9/2001.
Pada acara iftar di Gedung Putih itu, Presiden Obama bersabda bahwa kaum Muslim memiliki hak yang sama untuk menunaikan ibadah agama seperti siapa pun juga di negeri Amerika Serikat. Termasuk hak membangun tempat ibadah dan pusat komunitas di selatan Manhattan sesuai dengan hukum dan peraturan lokal yang berlaku.

Sebelumnya Obama tuntas mengupas prahara 11/9 yang digunakan sebagai dasar alasan menentang rencana pembangunan islamic centre yang terletak tiga blok dari situs Ground Zero. Di dalam orasi yang mengatasnamakan dirinya sebagai kepala negara maupun rakyat AS, Obama mengajak agar semua pihak menyadari dan menghormati sensitivitas yang merundung pembangunan kembali kawasan Ground Zero sebab malapetaka 11/9 merupakan peristiwa traumatis sangat mencengkam sanubari bangsa dan negara AS!
Sepenuhnya memafhumi bahwa penderitaan mereka yang kehilangan anggota keluarga luar biasa berat, Obama mengakui bahwa kawasan Ground Zero memang bersuasana sakral, maka sangat rawan melukai perasaan pihak tertentu. Namun, ternyata Obama pluralis seperti Gus Dur sebab menegaskan: salah satu cara menaklukkan trauma masa lalu justru kemampuan—bukan saja kompromi dan toleransi— menghormati mereka yang beda sebagai way of life masyarakat AS yang sama sekali bertolak belakang dari mazhab nihilisme yang dianut kaum teroris!
Presiden Obama mengingatkan bahwa Presiden Thomas Jef- ferson sudah menyelenggarakan iftar perdana di Gedung Putih lebih dari 200 tahun silam, di samping fakta masa lalu berulang kali muncul polemik kontroversi mengenai pembangunan sinagog atau gereja Katolik di tengah mayoritas Protestan di AS, tapi bangsa AS telah membuktikan diri senantiasa mampu menanggulangi segenap permasalahan kerukunan beragama.
Obama mengakhiri sabdanya dengan harapan agar komitmen terhadap kebebasan beragama harus dipertahankan sebagai jati diri sebuah negara yang terbuka bagi segenap umat beragama tanpa kenal diskriminasi.
Manhattan dan Bekasi
Sabda Obama didukung Wali Kota New York Michael Bloomberg yang seminggu sebelum Obama sudah resmi menyatakan dukungan terhadap rencana pembangunan pusat Islam di dekat kawasan Ground Zero di selatan Manhattan, Kota New York. Bloomberg menyetarakan sabda Obama dengan surat Presiden George Washington mendukung sebuah kongregasi Yahudi di Newport, Rhode Island, sebagai peringatan atas kesetaraan hak asasi beragama yang sama dan merata bagi setiap warga AS.
Namun, para penentang rencana pembangunan islamic centre di dekat Ground Zero tentu saja berang atas sabda Obama. Misalnya Rev Peter King dari New York langsung memvonis sabda Obama: keliru! Menurut pemuka Nasrani itu, memang kaum Muslim berhak membangun masjid, tapi mereka telah menyalahgunakan hak mereka dengan membangun masjid di dekat Ground Zero. Sungguh disayangkan presiden malah memolitisasi masalah tata krama tenggang rasa beragama. Seharusnya Obama mengimbau mereka yang berencana membangun masjid itu menghormati sanak kaum Nasrani yang gugur di Ground Zero dengan tak usah membangun masjid dan pusat Islam di situ.
Obama memang melawan arus mayoritas sebab menurut polling CNN, nyaris 70 persen rakyat AS menentang pembangunan masjid dan islamic centre di dekat Ground Zero. Salah seorang pemuka gerakan antipembangunan masjid di Ground Zero, Pamela Geller, menuduh Obama berpihak pada kaum Islamic Jihadists.
Bahkan, cendekiawan Muslim, Akbar Ahmed, yang hadir pada makan malam bersama merayakan bulan Ramadhan di Gedung Putih itu menyatakan terkejut karena sebenarnya citra Barack Obama yang Nasrani sudah babak belur diserang tuduhan pro-Islam, tapi ternyata malah secara terbuka mendeklarasikan dukungan terhadap rencana pembangunan masjid dan pusat Islam di Ground Zero.
Secara kehumasan, sikap Obama layak dikhawatirkan membahayakan kadar popularitas dirinya di mayoritas rakyat negara yang sedang susah payah dipimpinnya. Namun, tampaknya Presiden AS ini memang lebih mengutamakan kepentingan negara, bangsa, dan rakyat menyeluruh ketimbang kepentingan kelompok tertentu, apalagi sekadar popularitas dirinya sendiri. Itu masalah masjid di Manhattan.
Mengenai nasib gereja jemaat HKBP di Pondok Indah Timur, Bekasi, Indonesia, marilah kita semua pada bulan suci Ramadhan ini berdoa memohon kepada Allah yang Mahakasih agar berkenan menganugerahkan pencerahan bagi kita semua agar senantiasa lebih mengutamakan kasih sayang ketimbang kebencian, apalagi kekerasan. Amin
Jaya Suprana Budayawan

Tidak ada komentar: