Senin, 18 April 2011

Daya Saing Pendidikan Naik

Kompas, Sabtu, 18 September 2010 | 03:21 WIB

Jakarta, Kompas - Daya saing pendidikan dasar dan tinggi Indonesia secara global pada tahun ini meningkat. Pencapaian ini diharapkan akan terus mendorong peningkatan kondisi dan kualitas pendidikan yang dapat semakin meningkatkan daya saing bangsa dalam kancah internasional.
Laporan dalam The Global Competitiveness Report 2010- 2011 yang dilucurkan Forum Ekonomi Dunia pekan lalu menyebutkan, indeks daya saing global atau global competitiveness index (GCI) Indonesia meningkat. Tahun ini GCI Indonesia berada di posisi ke-44 dari 139 negara, sedangkan tahun lalu di peringkat ke-54 dari 133 negara.

Adapun sejumlah negara tetangga Indonesia berada pada peringkat yang lebih baik. Singapura berada di posisi ke-3, Malaysia di posisi ke-26, Brunei di peringkat ke-28, dan Thailand di posisi ke-38.
Perbaikan peringkat GCI Indonesia itu terutama disebabkan oleh kondisi makroekonomi yang lebih sehat. Selain itu, indikator-indikator pendidikan di jenjang pendidikan dasar dan tinggi juga lebih baik.
”Pendidikan berkontribusi untuk meningkatkan daya saing Indonesia di tingkat global. Tetapi, kita jangan terlalu senang dulu dengan hasil ini. Tetap mesti bekerja keras untuk menjaga dan meningkatkan kemajuan bidang pendidikan,” kata Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh di Jakarta, Jumat (17/9).
Indikator pendidikan dasar Indonesia meningkat untuk kualitas pendidikan dasar (dari posisi 58 ke 55) dan partisipasi pendidikan dasar (dari 56 ke 52). Terdongkraknya daya saing global Indonesia juga didorong pendidikan tinggi dan pelatihan untuk indikator partisipasi pendidikan tinggi, kualitas sistem pendidikan, kualitas matematika dan sains, akses internet di sekolah, dan pelatihan staf.
Peningkatan di bidang inovasi didorong kerja sama penelitian industri-perguruan tinggi yang semakin baik. Kolaborasi universitas-industri Indonesia berada di peringkat ke-26.
Di tengah perbaikan indikator pendidikan itu, beberapa indikator lainnya yang juga penting justru menurun. Penurunan itu terjadi pada indikator partisipasi pendidikan menengah, kualitas sekolah manajemen, kualitas lembaga penelitian, serta ketersediaan lembaga penelitian dan pelatihan di tingkat lokal.
Jangan dilepaskan
Nuh mengingatkan agar pendidikan dasar tidak dilupakan atau dilepas tanpa pengawasan pada kualitas.
”Pendidikan dasar dan menengah jangan dilepas. Jika dilepas, kesenjangan APM di SMA dan perguruan tinggi akan semakin lebar,” kata Nuh.
Secara terpisah, pengamat pendidikan Arief Rachman mengatakan, pemerintah memang telah berupaya meningkatkan pendidikan nasional. ”Tetapi, saya mengingatkan supaya jangan terpukau dengan data statistik. Pencapaian itu juga mesti terlihat pada kualitas pendidikan,” kata Arief.
Menurut Arief, pendidikan untuk generasi masa depan bangsa itu harus membuat anak-anak dapat bertahan hidup. Mereka harus memiliki kemampuan menciptakan lapangan kerja, memiliki nilai-nilai luhur dan budaya, serta peduli pada masalah lingkungan. (ELN/LUK)

Tidak ada komentar: