Selasa, 19 April 2011

Ekonom: Krisis Yunani Awal Kehancuran Euro

Ada yang katakan tahun ini dan tahun depan adalah tahunnya Asia.”
VIVAnews – Krisis Yunani dikhawatirkan berdampak negatif bagi perekonomian negara-negara Euro. Namun, krisis ini dinilai memberikan peluang bagus bagi negara-negara di Asia.

Ekonom senior Standard Chartered Bank, Fauzi Ichsan mengkhawatirkan krisis Yunani menjadi awal kehancuran mata uang Euro. Alasannya, akibat krisis ini bisa saja membuat negara-negara yang tergabung dalam mata uang euro memisahkan diri dan kembali ke mata uang awal.
“Misalnya saja, pemerintah Jerman mengambil keputusan tidak mau membantu Yunani dan kembali ke Deutsche Mark, itu bisa saja terjadi,” tuturnya di Jakarta, Selasa, 1 Juni 2010.
Akibat krisis Yunani, mata uang Euro memang melemah tajam terhadap dolar AS.  Tetapi, dia menekankan krisis Euro memberikan peluang besar bagi bursa saham di negara-negara Asia. “Ada yang katakan tahun ini dan tahun depan adalah tahunnya Asia,” kata Fauzi.
Sebenarnya, Fauzi mengingatkan krisis yang terjadi di Yunani, Irlandia, Portugal dan Spanyol tidak akan berdampak besar bagi perekonomian dunia. Sebab, keempat negara itu hanya menyumbang kurang dari dua puluh persen dari PDB Eropa.
Apalagi, tulang punggung perekonomian di Eropa hanya bertumpu pada Jerman dan Perancis. Menurut dia, jika PDB dari Jerman dan Perancis digabung dengan Belgia, Belanda, Luxemburg, Italia serta Finlandia, total sumbangannya lebih dari 60 persen PDB Eropa.
Kondisi ini tentu saja berbeda dengan krisis di Amerika Serikat dua tahun lalu. Ini berdampak besar karena Amerika Serikat bersama Jepang yang juga kena krisis memberikan kontribusi hingga 55 persen terhadap perekonomian dunia sehingga menyebabkan krisis perekonomian global.  “Krisis Euro memang mengurangi kepercayaan investor tetapi tidak mengganggu pemulihan ekonomi dunia,” ujarnya. (sumber Heri Susanto, vivanews.com)

Tidak ada komentar: