Beberapa teman bercerita, ketika dia lupa di mana menyimpan kunci mobil atau benda kecil lain,ingatan itu suka muncul ketika melakukan salat.Dia pun merasa salah,apakah berarti salatnya tidak khusyuk? Dugaan saya justru sebaliknya, lantaran salatnya khusyuk,ingatan menjadi tajam karena waktu salat terjadi rileksasi. Pikiran dan hati tenang. Dalam suasana tenang, pikiran menjadi jernih.Apa yang tadinya lupa menjadi ingat kembali. Makanya, banyak ulama yang ingatan dan pikirannya tajam,yang hal itu diyakini berkat salatnya yang khusyuk dan terpelihara. Para guru meditasi pun mengajarkan, untuk melatih pikiran agar tajam dan jernih, kita mesti melatih fokus, konsentrasi, yang ujungnya justru rileksasi.
Ketika meditasi, keluar-masuk napas diatur sedemikian rupa sehingga kita mendengarkan napasnya sendiri dan lama-lama mendengarkan kata hati yang tak terucapkan dengan lisan. Semakin terlatih mendengarkan dan melihat ke dalam diri, semakin mampu seseorang membaca inspirasi kebaikan dan kebenaran yang disuarakan oleh hati nurani. Sebaliknya, semakin banyak memandang dan mendengarkan keluar,semakin kurang terdengar bisikan kata hati.Orang yang senang bicara teriak-teriak, sekalipun menyebut nama Tuhan, jangan-jangan hatinya malah tidak ikut berbicara. Mungkin itulah sebabnya ketika salat banyak adegan dan bacaan yang justru ketika berdoa dianjurkan dengan suara pelan, yang lebih aktif hatinya.
Sebagai kolumnis dan seringkali diminta sebagai pembicara seminar, kadangkala saya merasakan terjadi defisit gagasan. Sulit fokus dan merasa kering gagasan. Kalau menemukan kondisi seperti itu,beragam cara dan kegiatan yang saya lakukan antara dengan melakukan salat untuk memperoleh suasana meditatif atau membaca novel, rekreasi intelektual ke dunia fiktif. Setelah pikiran santai,kendur, biasanya muncul gagasan baru.Atau bermain golf. Dengan menikmati lapangan luas, hijau, dan indah teratur, hati dan pikiran terasa lapang lagi.Suasana batin bermain golf mirip waktu salat, hati, dan pikiran fokus. Kalau salat, fokusnya kepada Allah.Kalau golf,hanya pada bola dan arah yang hendak dituju.
Kaki, tangan, pikiran, mata, gerakan,semuanya terkontrol. Salah sedikit saja, arah bola bisa melenceng atau tidak meluncur ke jarak dan arah yang kita kehendaki. Percaya atau tidak, belief it or not, momen yang paling sering memberikan ide untuk menulis makalah adalah waktu saya mandi. Ketika mandi, saya nikmati sekali kelembutan dan kejernihan air yang menyirami dan mengalir ke seluruh tubuh.Terima kasih air, begitu baik engkau menyejukkan badanku, pikiranku,dan perasaanku, semoga memberi kebersihan lahir dan batin. Begitu batin saya berdialog dengan air, anugerah Allah yang amat sangat berharga,namun seringkali kita meremehkan,taken for granted,kurang mensyukurinya. Guyuran air dari keran dengan suaranya bagaikan hujan, selalu mengingatkan masa kecil ketika di kampung.Kenangan tentang desa yang tenang, pepohonan yang hijau, suara kodok bersaut-sautan sambil berenang di kolam dekat rumah, seringkali muncul kembali ketika saya di kamar mandi.
Mungkin karena suasana rileks, badan segar, kepala sejuk, lalu muncul ide-ide baru untuk bahan tulisan. Makanya, seringkali saya buru-buru ambil kertas dan pulpen sehabis mandi agar gagasan dan ilham yang turun tidak lupa. Lebih dari itu, jika mandi disertai dialog imajiner dengan air sebagai tanda persahabatan dan syukur pada Allah, hati rasanya lapang seperti habis melakukan salat.
Sambil menyiram badan, saya selalu berdoa: Ya Allah, dengan air yang putih jernih ini, putihkanlah diriku dari berbagai endapan dosadosa yang hitam pekat melekat dalam jiwaku.Dengan air yang segar ini, segarkanlah pikiran dan badanku sehingga tetap sehat dan bisa berkarya di atas jalan-MU. Sebagaimana air yang selalu mendatangkan kesuburan, bimbinglah ya Allah, agar aku bisa memberikan kesuburan dan kemakmuran bagi lingkunganku. Demikianlah, tentu beragam pengalaman orang kapan inspirasi besar maupun kecil muncul sehingga menemukan peristiwa :”Aha..!!!” seperti Archimides menemukan teori berat jenis ketika berada di bak mandi atau Newton terinspirasi untuk membangun hukum gravitasi ketika melihat buah apel jatuh.
Ada lagi kebiasaan yang kurang sehat yaitu mesti ditemani secangkir kopi dan sebatang rokok agar otaknya mengeluarkan gagasan baru. Jadi, apa yang disebut the inspiring moments itu berbeda-beda bagi tiap orang dan serasa mendapatkan “durian jatuh” atau ”wahyu” ketika itu terjadi.Tetapi, bagi mereka yang tidak dikejar profesi agar selalu mencipta, entah lagu, puisi, lukisan, atau kolom, mungkin tidak begitu memperhatikan peristiwa-peristiwa kemunculan sebuah ide yang membuat hati terasa lega seperti terbebas dari jalan macet atau buntu.(*)
KOMARUDDIN HIDAYAT
Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Sumber : Sindo, Friday, 25 February 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar