Minggu, 01 Mei 2011

Jepang Tak Mau Minta Maaf


Kompas, Senin, 27 September 2010 | 03:24 WIB

Tokyo, Minggu - Perdana Menteri Jepang Naoto Kan, Minggu (26/9), menegaskan, pihaknya sama sekali tidak berniat meminta maaf kepada China. Jepang menyebut tuntutan China, agar Jepang meminta maaf dan memberikan ganti rugi, sama sekali tidak berdasar dan tidak bisa diterima.
”Senkaku adalah wilayah Jepang. Dari sudut pandang itu, permintaan maaf atau pemberian ganti rugi sama sekali tidak terpikirkan,” kata Perdana Menteri (PM) Kan. ”Saya tidak berniat memenuhi (tuntutan itu) sama sekali,” lanjut Kan.

China, Sabtu, sudah dua kali menuntut Jepang meminta maaf dan memberikan ganti rugi dalam kasus penahanan seorang kapten kapal nelayan China oleh pihak berwajib Jepang selama 17 hari. Kapten kapal bernama Zhan Qixiong (41) itu ditahan sejak 8 September setelah menabrakkan kapalnya ke dua kapal patroli Jepang di dekat rangkaian Kepulauan Senkaku, wilayah yang diklaim Jepang, China, dan Taiwan.
Zhan dibebaskan pada pekan lalu setelah China memberikan tekanan diplomatik kepada Jepang. Zhan tiba di kota Fuzhou, China, pada Sabtu pagi menggunakan pesawat khusus dan disambut bak pahlawan.
Kementerian Luar Negeri China menganggap penangkapan dan penahanan Zhan tersebut sebagai pelanggaran berat terhadap kedaulatan China. ”Tindakan Jepang melanggar hak dan wilayah pribadi warga negara China. Jadi, tentu saja China berhak menuntut permintaan maaf dan ganti rugi,” kata juru bicara Kemenlu China, Jiang Yu.
Di dalam negeri, PM Kan menghadapi tekanan atas pembebasan Zhan.
Pelepasan disayangkan
Oposisi dan media massa Jepang menyayangkan langkah tersebut sebagai bentuk kegagalan diplomasi dan kekalahan Jepang atas tekanan China.
”Pembebasan itu memberikan kesan kepada para nelayan China bahwa mereka punya hak ekstrateritorial di kawasan tempat nelayan Jepang beroperasi,” tutur Nobuteru Ishihara, Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Liberal (LDP).
Katsuya Okada, Sekjen Partai Demokrat Jepang (DPJ) yang berkuasa, menepis tuduhan tersebut dan menyebut justru China yang dirugikan. ”Ini sebuah kerugian bagi China karena dunia sekarang jadi tahu negara seperti apa China itu,” ujar Okada.
Jepang menganeksasi Kepulauan Senkaku, yang kaya sumber perikanan dan diduga juga menyimpan kandungan minyak dan gas, tahun 1895 dengan alasan belum ada negara yang mengklaim wilayah tersebut.
Setelah Jepang kalah dalam PD II, kepulauan tersebut berada di bawah kekuasaan AS dan dikembalikan ke Jepang pada 1972. Belakangan, China mengklaim kepulauan itu, yang disebut Diaoyu. Alasannya, kepulauan tersebut sudah menjadi bagian dari China sejak zaman purba.

Tidak ada komentar: