Kompas, Rabu, 29 September 2010 | 03:22 WIB
Kim bahkan berhasil mencuatkan citranya ke dunia luar sebagai orang yang eksentrik, sekaligus ayah yang playboy. Secara politik, dia piawai, orang suka atau tidak.
Kepemimpinannya yang kejam, termasuk membuang anak sulungnya, Kim Jong Nam, ke Makau karena tidak disiplin, dianggap menjadi kekuatannya. Hal ini berhasil membuatnya bertahan dalam kekuasaan walau wabah kelaparan dan kemerosotan ekonomi terus terjadi.
Korut kini adalah salah satu negara yang mendapatkan bantuan pangan dari organisasi kemanusiaan global.
Jong Il mengabadikan kekuasaan lewat propaganda. Gulag atau kamp-kamp kerja paksa adalah sarana lain yang membuat para pengkritiknya berpikir keras sebelum melawan.
Kekaguman warga Korut kepada ayahnya, Kim Il Sung, berhasil pula dia tancapkan dalam-dalam hingga di tubuh militer. Seolah-olah dia adalah Kim Il Sung.
Dia amat percaya diri. Tokoh notorious ini mungkin bisa disetarakan dengan Fidel Castro dari Kuba soal nyali. Jong Il menepis semua perkiraan tentang kejatuhan rezim komunis di negaranya, setelah Uni Soviet runtuh pada awal 1990-an.
Pada pertengahan dekade 1990-an, negaranya terjerembab ke dalam wabah kelaparan akut, yang menewaskan sejuta warga. Hal itu tidak membuatnya keder. Dia sempat menyisihkan aset negara untuk mengembangkan persenjataan nuklir hingga uji coba rudal pada Oktober 2006 dan Mei 2009.
Karena keberadaan senjata itu, dia berhasil menekan AS untuk memberi bantuan ekonomi, dengan imbalan penghentian persenjataan nuklir. Curiga akan niat buruk AS, terutama di bawah mantan Presiden AS George Bush yang berhasil menjungkalkan Saddam Hussein, Jong Il kembali menutup pintu rapat-rapat, terutama kepada AS. Hanya China yang bertahan sebagai negara yang dia segani.
Kesan kejam tidak saja di dalam negeri, tetapi ditebar keluar negeri. Pada tahun 1983 dia diduga salah satu otak pengeboman di Myanmar, yang menewaskan 16 warga Korea Selatan. Pada tahun 1987, Korean Air Lines jatuh dan 115 penumpang tewas. Ini diduga merupakan buah dari perbuatannya.
Tak juga jatuh
Berita wabah kelaparan tak surut. Unicef menaksir sepertiga anak-anak Korut malnutrisi. Tekanan dan kecaman berlanjut, termasuk cap poros kejahatan dari Bush. Kim Jong Il tak kunjung jatuh.
Adalah kesehatan yang menurun akibat diabetes dan serangan stroke pada 2008, yang diduga membuat Kim Jong Il tak bisa bertahan lagi. Dia juga diberitakan mengidap penyakit ginjal. Hanya kekuatan alam yang menjadi musuhnya. Namun, hebatanya lagi, kekuatan alam tak akan menjauhkan Dinasti Kim dari kekuasaan. Dia sudah mempersiapkan Kim Jong Un, putra bungsu, menjadi penerusnya.
Untuk ini dia bertindak amat taktis. Putranya langsung ditunjuk menjadi jenderal berbintang empat. Dukungan militer yang amat krusial bagi kediktatorannya berhasil dia tekuk.
Penunjukan atau pengangkatan Kim Jong Un menjadi jenderal adalah langkah untuk mengorbitkan citra putranya sebagai orang yang ditakuti dan karena itu mungkin harus dituruti.
Pada Juni lalu, jauh sebelum berita suksesi terkuak, Kepala Badan Intelijen Pusat AS (CIA) Leon Panetta sudah mengatakan, Kim Jong Il sedang mempersiapkan putranya sebagai pemimpin Korut berikutnya.
Kim Jong Il kelahiran 16 Februari di Bukit Paekdu, sebuah lokasi keramat, memang piawai. Pengamat independen mengatakan, dia lahir di sebuah kamp gerilyawan di Rusia, markas lokasi ayahnya, Kim Il Sung, memimpin perang melawan Jepang yang menjajah Semenanjung Korea.
Kim Jong Il lulus universitas tahun 1964. Dia meniti karier di Partai Para Pekerja dan kemudian dipersiapkan menjadi pemimpin. Pada tahun 1994, setelah kematian ayahnya, Kim Jong Il berhasil menjadi pemimpin.
Para pelarian dari Korut menggambarkan dia sebagai seorang mata keranjang, peminum, dan penggemar film-film Barat. Dia mengoleksi 20.000 film buatan Hollywood.
Mantan Menteri Luar Negeri AS Madeleine Albright melukiskan Kim Jong Il sebagai orang yang tahu banyak hal dan memiliki jaringan informasi.
Namun, jangan lupa, Korut yang komunis selamat karena penjagaan Uni Soviet. Korut pasca-Perang Dingin juga terjaga karena bantuan China, yang tidak menginginkan kekacauan di Korut melebar ke negaranya. (AFP/MON)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar