Sabtu, 30 April 2011

Mbah Dempok dan Kisah Jenang


Kompas, Kamis, 9 Desember 2010 | 08:43 WIB

Mbah Dempok Soponyono memimpin rombongan para pengirab jenang dengan berkuda. Cucu Mbah Dempok dan dua tokoh Kudus, Sunan Kudus dan Syekh Jangkung (Saridin), menyertainya sembari bercakap-cakap dan menyapa warga.
Di belakangnya, rombongan para pembawa jenang yang dibentuk menjadi gunungan, miniatur Menara Kudus, dan masjid. Sebagian lagi membawa jenang-jenang yang ditaruh dalam tebok atau tampah.
Kemudian menyusul visualisasi proses pembuatan jenang, ada yang membawa linggis (entong panjang seperti dayung sampan), kawah (wajan besar), kalo (sejenis tampah dari niru), ember, dan parutan.
Pada zaman Mbah Dempok, jenang yang diproduksi itu dikenal sebagai jenang bubur gamping karena terbuat dari tepung beras, garam, dan santan kelapa.

Begitulah sekilas potret prosesi Bancakan (selamatan/kenduri) Jenang atau Kirab Tebokan di Desa Kaliputu, Kudus, Selasa (7/12) petang. Kirab itu merupakan salah satu wujud syukur atas berkah yang diterima warga Desa Kaliputu dari hasil memproduksi jenang.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kudus Hadi Sucipto mengatakan, Kirab Tebokan merupakan salah satu bentuk pelestarian tradisi dan sejarah pembuatan jenang. Hal itu tidak terlepas dari kisah Mbah Dempok dan cucunya.
Konon, ketika Mbah Dempok Soponyono sedang bermain burung dara di tepi Sungai Kaliputu, cucunya tercebur dan hanyut. Meski tertolong, cucu Mbah Dempok diganggu Banaspati, makhluk halus berambut api.
Sunan Kudus menyimpulkan cucu Mbah Dempok telah tiada, tetapi Syekh Jangkung menyatakan cucu Mbah Dempok mati suri. Untuk membangunkannya, Syekh Jangkung meminta ibu-ibu membuat jenang bubur gamping.
”Mitos itulah yang melatarbelakangi berkembangnya industri jenang Kudus. Mitos itu pulalah yang menginspirasi ibu-ibu Desa Kaliputu bekerja di industri jenang,” kata Hadi.
Secara terpisah, Kepala Desa Kaliputu Suyadi mengatakan, di Desa Kaliputu terdapat 48 industri jenang skala besar maupun kecil, antara lain Menara, Karomah, Rizona, Kenia, dan Murni. Jenang Mubarok yang berada di lain desa pun cikal bakal industrinya berangkat dari Desa Kaliputu.
Setiap industri jenang di desa tersebut menyerap 15-50 tenaga kerja. Setidaknya ada sekitar 960 warga yang bekerja di sektor industri jenang dari total jumlah penduduk di Desa Kaliputu 2.094 orang.
”Jenang merupakan ekonomi unggulan Desa Kaliputu sekaligus Kudus. Melalui industri jenang inilah setiap hari asap dapur warga selalu mengepul,” ungkap Suyadi.
Oleh karena itu, supaya kisah jenang diketahui lintas generasi di Kudus, Suyadi menambahkan, Kirab Tebokan akan dilakukan terus setiap tahun. Harapannya, generasi berikutnya tidak akan malu bekerja sebagai pembuat jenang serta mau melestarikan makanan khas Kudus itu. (HENDRIYO WIDI)

Tidak ada komentar: