Jakarta, Kompas - Guru sebaiknya tidak sembarangan memilih perguruan tinggi untuk meningkatkan kualifikasi akademisnya agar kompetensi mereka benar-benar meningkat. Terutama perguruan tinggi model pembelajaran jarak jauh.
Pemerintah telah memberikan izin ke 23 perguruan tinggi negeri dan swasta sebagai penyelenggara pembelajaran jarak jauh.
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Fasli Jalal mengatakan, Selasa (7/10), agar tercapai target lebih dari satu juta guru yang belum berkualifikasi D-4 dan S-1, ada beberapa skema.
Pemerintah, misalnya, bekerja sama dengan Universitas Terbuka (UT) yang memiliki sistem mapan menyelenggarakan pendidikan jarak jauh. Saat ini ada sekitar 300.000 guru mengikuti pembelajaran di UT.
Selain itu, perguruan tinggi yang mempunyai sumber daya manusia, teknologi, dan fasilitas diajak bekerja sama membangun model pembelajaran multimoda. Pembelajaran ada yang menggunakan modul independen, internet, bahan-bahan multimedia, dan ada juga kunjungan dosen ke lokasi-lokasi guru berkumpul.
”Awalnya, uji coba dilaksanakan di sepuluh perguruan tinggi dan dari pengalaman itu banyak yang ingin menyelenggarakan model seperti itu. Tahun ini, izin diberikan kepada 23 perguruan tinggi negeri dan swasta,” ujar Fasli.
”Hasil uji coba akan dievaluasi,” ujarnya. Model pembelajaran jarak jauh amat penting mengingat, terutama, sebagian guru SD tempat mengajarnya sampai tingkat dusun-jauh dari pusat kota. Padahal, mereka tidak dapat meninggalkan tugas.
Bagi para guru sendiri, kuliah kembali merupakan perjuangan, baik dari segi biaya dan waktu. Terlebih guru di daerah. Mereka memilih program jarak jauh.
Heti H, guru kelas V di SDN Samudra Jaya, Kecamatan Blanakan, Subang, Jawa Barat, kini menempuh program S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) di kampus daerah Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) di Purwakarta. Dia seminggu sekali ke UPI. ”Kalau harus kuliah reguler dan masuk setiap hari tentu sulit,” ujar Heti yang pendidikan terakhirnya D-2 PGSD. Pembelajaran mandiri ditunjang dengan teknologi informasi dan komunikasi untuk memperkaya materi.
Model pembelajaran jarak jauh juga dipilih Agus Harries, guru SDN Pabean Ilir III, Indramayu. Dia memilih program sarjana jurusan PGSD di UT. ”Saya jadi hemat biaya, terutama ongkos transportasi karena tidak harus setiap hari masuk kelas. Apalagi saya masih harus membiayai kuliah anak-anak saya,” ujarnya.(INE)
Sumber:
Kompas, 8 Oktober 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar